Di Palembang, Habib Yusuf sempat tinggal beberapa waku lamanya, bahkan hingga di nikahkan oleh sultan Palemabang, Sultan Ahmad Najmudin, dengan salah satu putri pembesar kesultanan Palembang.
Diantara rombongan tour ziarah Walisanga yang di bentuk di berbagai kota, tidak sedikit kemudian meneruskan rute perjalanan ziarah-nya sampai ke Madura. Salah satu obyek ziarah utama yang terkenal dengan produksi garamnya ini adalah makam Habib Yusuf bin Ali Anggawi.Makam Habib yusuf terletak di desa telango, pulau Puteran Madura. Orang biasa menyebut Talango dengan Telangu. Nama desa Talango atau Telangu rupanya lebih populer dibanding nama Puteran, nama pulaunya itu sendiri. Hingga banyak orang menyebutnya Pulau Talango.
Makam Habib Yusuf ramai diziarahi orang setiap harinya. Apalagi saat mendekati penyelengaraan haulnya, jumlah peziarah yang datang ke makam Habib Yusuf terlihat lebih banyak dari hari biasanya. Setiap tahunnya, pelaksanaan haul Habib Yusuf jatuh pada hari Ahad/Minggu pertama di bulan Syaban
DATANG DARI MAKKAH
Habib Yusuf, atau lengkapnya Habib Yusuf bin Ali bin Abdullah Anggawi Al-Hasani, adalah seorang Sayyid yang sholih, berasal dari kota Makkah. Dalam suatu catatan ia disebutkan lahir di kota suci itu tahun 1198 H/ 1784 M, Habib Yusuf berasal dari keluarga Anggawi cabang keluarga syarif Abu Numai, keturunan Rasulullah dari jalur Sayyidina Hasan RA. Karenanya ia juga dikenal dengan nama Sayyid Yusuf bin Ali Al-Hasani.
Setelah banyak berkelana menuntut ilmu, dari kota Makkah hingga Hadramaut Yaman, Habib Yusuf hijrah ke Nusantara. Di sini, negeri yang pertama kalinya dimasuki adalah Palembang.
Di Palembang ia sempat tinggal beberapa waktu lamanya, bahkan hingga dinikahkan oleh Sultan Palembang, Sultan Ahmad Najmudin, dengan salah satu putri pembesar kesultanan Palembang. Diantara putra Habib Yusuf dari pernikahanya itu adalah Sayyid Muhammad. Nama Sayyid Muhammad bin Yusuf tercatat dalam sejarah perperangan kesultanan Palembang sebagai salah satu panglima perang saat melawan pasukan penjajah Belanda.
Dari Palembang ia melanjutkan perjalananya ke Pulau Jawa, hingga sampai ke Pulau Madura. Sepanjang perjalananya ia berdakwah. Di akhir masa hidupnya, ia masuk ke pedalaman dan kemudian menetap di wilayah Telango Pulau Puteran, hingga wafat dan dimakamkan di wilayah itu.
Keturunannya, keluraga Anggawi terbanyak di Pekalongan Jawa-Tengah, sebagian kecilnya di Kuningan, Cirebon, Palembang, Jakarta, serta sejumlah daerah lainya.
sumber: majalah Alkisah No. 15/Tahun VII/27 juli - 9 Agustus 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar